Jumat, 29 Maret 2013

Asuhan Keperawatan Hipotirioidisme dan Hipertiroidisme

Materi kuliah, oleh kel. lain HIPOTIROIDISME DAN HIPERTIROIDISME HIPOTIROIDISME A. KONSEP MEDIS 1. Definisi Hipotiroid merupakan keadaan dimana terjadi kekurangan hormon tiroid yang dimanifestasikan oleh adanya metabolisme tubuh yang lambat karena menurunnya konsumsi oksigen oleh jaringan dan adanya perubahan personaliti yang jelas. Pasien dengan hipotiroid mempunyai sedikit jumlah hormon tiroid sehingga tidak mampu menjaga fungsi tubuh secara normal. 2. Etiologi Hipotiroid terjadi karena penyebab primer (gangguan pada kelenjar tiroid), penyebab sekunder (kelainan pada kelenjar hipofisis) dan penyebab tersier (kelainan pada hypothalamus). 1. Penyebab primer atau hipotiroid primer Beberapa penyebab primer dari hipotiroid adalah: a. Penyakit autoimun Penyakit ini disebabkan karena malfungsi dari sistem imun. Pada keadaan normal sistem imun terjadi untuk melindungi tubuh dari benda asing atau mikroorganisme yang mengancam tubuh, namun pada hasimoto tiroiditis justru merusak sel-sel jaringan tiroid sehingga produksi hormon tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. b. Cacat kongenital tiroid (kreatinism) Penyakit ini disebabkan defisiensi hormon tiroid terjadi sejak lahir. c. Post terapi, misalnya pada terapi radioiodine, tiroidektomi. d. Obat-obatan seperti: thionamide, lithium, amiodarone, interferon alpha. e. Asupan iodium yang kurang pada prenatal dan post natal. f. Penyakit inflamasi kronis seperti amiloidosis, sarkoidosis. 2. Penyebab sekunder atau hipotiroid sekunder Hipotiroid yang disebabkan karena berkurangnya atau tidak adekuatnya stimulasi dari hormon tiroid stimulating hormon (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis sedangkan keadaan kelenjar tiroid normal sehingga 3. Penyebab tersier atau hipotiroid tersier Hipotirod ini juga disebut sentral hipotiroid karena kerusakan atau gangguan berasal dari hipotalamus yang tidak mampu memproduksi thyroid releasing hormone (TRH) sehingga tidak mampu menstimulasi hipofisis untuk memproduksi TSH. 3. Klasifikasi Hipotiroidisme dapat diklasifikasikan menurut etiologinya terbagi atas: 1. Hipotiroidisme primer atau tiroidial yang mengacu pada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. 2. Hipotiroidisme sentral merupakan disfungsi tiroid yang disebabkan kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya. 3. Hipotiroidisme tersier ditimbulakan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adekuat akibat penurunan stimulasi TRH. 4. Kreatinisme merupakan defisiensi tiroid yang terjadi sejak lahir. 4. Patofisiologi Hipotiroidisme merupakan kondisi dimana produksi hormon kelenjar tiroid berkurang, baik T4, T3 maupun kalsitonin.produksi atau sekresi hormon ini dipengaruhi oleh adanya stimulasi dari hormon TRH yang dihasilkan hipotalamus dan TSH yang dihasilkan oleh hipofisis. Pada sesi lain pembentukan atau sintesis hormon tiroid membutuhkan iodium dalam jumlah normal. Berkurangnya asupan iodium pada makanan sangat berpengaruh terhadap pembentukan hormon tiroid walaupun stimulasi TRH dan TSH adekuat. Dengan demikian sekresi dari hormon tiroid dipengaruhi oleh adekuatnya stimulasi hormon TSH dan TRH serta bahan-bahan sintesis yang tersedia. Pada keadaan dimana terjadi penurunan produksi hormon tiroid akan mengakibatkan penurunan metabolisme rate, proses-proses tubuh termasuk penurunan sekresi asam klorida yang dihasil di lambung (achlorhydria), menurunnya pergerakan gastrointenstinal, bradikardia, terganggunya fungsi neurologi dan menurunnya produksi panas, disamping itu pada hipotiroid juga terjadi gangguan metabolisme lemak yang mengakibatkan peningkatan serum kolestrol dan trigiserilda sehingga sangat beresiko terjadinya atherosklerosis dan jantung koroner. Hormon tiroid juga berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah, sehingga jika produksi berkurang dapat mengakibatkan gejala anemia dengan defisiensi B12 dan asam folat. 5. Manifestasi Klinis a. Kelelahan yang ekstrim b. Kerontokan rambut c. Kuku yang rapuh d. Parestesia pada jari-jari tangan e. Suara menjadi kasar f. Menorargia atau amenore atau hilangnya libido g. Suhu tubuh dan frekuensi nadi abnormal h. Kenaikan berat badan tanpa peningkatan asupan makanan i. Rambut menipis dan rontok j. Wajah tanpa ekspresi k. Mengeluhkan rasa dingin dalam lingkungan yang hangat l. Mudah tersinggung dan mudah lemah m. Demensia disertai perubahan kognitif dan kepribadian n. Proses mental menjadi tumpul o. Pasien tampak apatis 6. Pemeriksaan Diagnostik a. Kadar tirolsin dan triyodotironin serum yang rendah b. BMR yang rendah c. Peningkatan kolesterol serum d. Kadar TSH serum e. Analisis gas darah 8. Penatalaksanaan a. Secara Umum Tujuan primer penatalaksanaan hipotiroidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang. b. Secara Khusus 1. Terapi selalu mencakup penggantian hormon tiroid dengan tiroksin sintetik. 2. Untuk goiter endemik, penggantian iodida dapat mengurangi gejala. 3. Apabila penyebab tiroidisme berkaitan dengan tumor sistem syaraf pusat, hipotiroidisme dapat diobati dengan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan. 4. Jika terdapat hipoglikemia yang nyata, infus larutan pekat, dapat dilakukan untuk memberikan glukosa tampak menimbulkan kelebihan muatan cairan. 5. Obat-obatan: pemberian obat hipotiroid diantaranya: a. Sodium levothroxine (synthroid), terapi pengganti T4 b. Sodium liothyronine (cytomel), terapi pengganti T3 6. Suport nutrisi, makanan yang banyak mengandung yodium seperti ikan laut, dan sayuran hijau. 9. Komplikasi 1) Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipertiriodisme, termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipofentilasi, dan penurunan kesadaran yan menyebabkan koma. 2) Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilisasi gejala. 3) Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi efisiensi tiroid. Resiko ini mencakup penggantnian hormon yang berlebihan, ansietas, atrofi otot, osteoforosis dan fibrilasi atrium. B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu dilakukan pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain: a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti 1. Pola makan 2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur) 3. Pola aktivitas c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita. d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh: 1. Sistem pulmonari 2. Sistem pencernaan 3. Sistem kardiovaskuler 4. Sistem muskuloskeletal 5. Sistem neurologi 6. Sistem reproduksi 7. Metabolik 8. Emosi atau psikologi e. Pemeriksaan fisik mencakup: 1. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema di sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik lain sangat lamban. Postur tubuh kecil dan pendek. Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin dan pucat. 2. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun. 3. Kardiomegali 4. Disritmia dan hipotensi 5. Parastesia dan reflek tendon menurun. f. Pengkajian psikososial: klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan maniak. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktifitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Mengkaji bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri. g. Pemeriksaan penunjang mencakup: pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum: pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal). 2. Diagnosa 1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi. 2) Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan defisiensi glokokortikoid, metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif. 4) Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan peningakatan produksi panas. 5) Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal. 6) Perubahan proses berfikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan. 7) Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tirois seumur hidup. 3. Intervensi No Dx. keperawatan Tujuan Tindakan keperawatan Rasional 1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi. Setelah dilakukan intervensi pola napas efektif dengan kriteria hasil perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal 1. Pantau frekuensi, kedalaman pola pernapasan, oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial. 2. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk. 3. Berikan obat (hipnotik dan sedatif) dengan hati-hati. 4. Perihala saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan. 1. Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektivitas intervensi. 2. Mencegah atelectasis dan meningkatkan pernapasan yang adekuat. 3. Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat penggunaan obat golongan hipnotik-sedatif. 4. Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan. 2 Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan defisiensi glokokortikoid, metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Setelah dilakukan intervensi menunjukan berat badan stabil atau meningkat dengan hasil laboratorium yang normal. 1. Lakukan pemeriksaan terhadap kadar gula darah sesuai indikasi. 2. Berikan glukosa intravena dan obat-obatan sesuai indikasi. 3. Berikan makan dalam porsi kecil, sering dan tinggi kalori dan protein. 4. Konsultasikan dengan ahli gizi. 1. Mengkaji kadar gula darah dan kebutuhan terapi, jika menurun sebaiknya diet maupun pemberian glukokortikoid dikaji kembali. 2. Memperbaiki hipoglikemia, memberi sumber energi untuk fungsi seluler. 3. Peningkatan masukan kalori yang dibutuhkan dapat meningkatkan berat badan dan mencegah hipoglikemia. 4. Bermanfaat untuk menentukan penggunaan atau pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tepat. 3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif. Setelah dilakukan intervensi intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria peningkatan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian. 1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkiatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir. 2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah. 3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress. 4. Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas. 1. Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat. 2. Memberi kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri. 3. Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress kepada pasien. 4. Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang. 4 Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan peningakatan produksi panas. Setelah dilakukan intervensi penurunan suhu tubuh teratasi dengan kriteria hasil suhu tubuh yang normal 1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut 2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya bantal pemanas) 3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan pelaporannya dari nilai dasar suhu tubuh normal 1. Meminimalkan kehilangan panas 2. Mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler. 3. Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema. 5 Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal. Setelah dilakukan intervensi konstipasi teratasi dengan kriteria hasil pemulihan fungsi usus yang normal. 1. Dorong peningkatan asupan cairan dalam batas-batas retriksi cairan 2. Berikan makanan yang kaya akan serat 3. Ajarkan kepada pasien tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air 4. Pantau fungsi usus. 5. Dorong pasien untuk meningkatkan mobilitas dalam batas-batas toleransi latihan. 6. Dorong pasien untuk menggunakan pencahar dan enema hanya bila diperlukan saja. 1. Meminimalkan kahilangan panas 2. Meningkatkan masa feses dan frekuensi buang air besar 3. Memeberikan rasional peningktan asupan cairan kepada pasien 4. Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepda pola defekasi yang normal 5. Meningkatkan evakuasi usus 6. Meminimalkan ketergantungan pasien pada pencahar serta enema dan mendorong pola evakuasi usus yang normal 6 Perubahan proses berfikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan. Setelah dilakukan intervensi perubahan proses berpikir teratasi dengan kriteria hasil perbaikan proses berpikir 1. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal, dan kejadian disekitarnya 2. Berikan simulasi lewat percakapan dan aktivitas yang tidak bersifat mengancam 3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahapada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dari proses penyakit 4. Pantau proses kognitif serta mental dan responsnya terhadap pengobatan serta terapi lainnya 1. Memudahkan orientasi realitas pada pasaien 2. Memudahkan stimulasi dalam bats-batas toleransi pasien terhadap stress 3. Meyakinkan pasien dan keluarga pasien tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkann jika dilakukan terapai yang tepat 4. Memungkinkan evaluasi terhadap efektivitas pengobatan 7 Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tirois seumur hidup. Setelah dilakukan intervensi gangguan intervensi kurangnya pegetahuan dengan kriteria hasil pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan 1. Jelaskan dasar pemahaman unutk terapi penggantian hormone tiroid 2. Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien. 3. Bantu pasien menyusun jadwal dan ceklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormone tiroid 4. Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang 5. Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya. 1. Memberikam rasional penggunaan terapi peggantian hormone tiroid seperti yang diresepkan pada pasien 2. Mendororng pasien untuk mengenali perbakan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid 3. Memastikan bahwa obat yang digunakan seperti yang diresepkan 4. Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi 5. Meningkatkan kemungkinan bahwa kadaan hipo- atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati. PATHWAYS HIPOTIROIDISME HIPERTIROIDISME A. KONSEP MEDIS 1. Definisi Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang di butuhkan tubuh (Keperawatan Medikal Bedah Sistem Endokrin, Tarwoto, ns. S.Kep. Mkep , dkk). Hipertiroidisme adalah kadar TH yang (bersirkulasi) berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, hipotalamus, peningkatan Th ayang disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, disertai TSH dan TRF, akibat umpan balik negatif pada pelepasan keduanya oleh TH. (Kapita Selekta Kedokteran) 2. Etiologi Lebih dari 90% hipertiroidisme adalah akibat penyakit Graves dan Nodul Tiroid Toksik. Pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan di perkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh imunoglobulin dalam darah. Stimulator tiroid kelenjar – panjang (LATS; Long-acting Thyroid Stimulator) di temukan dalam serum dengan konsentrasi yang bermakna pada banyak penderita penyakit ini dan mungkin berhubungan dengan defek pada sistem pengawasan kekebalan pasien. 3. Patofisiologi Pasien denga hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih banyak, karena berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolic, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon adrenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme hipotalamus, hipofisi dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. 4. Manifestasi Klinis Perjalanan penyakit hipertiroidisme biasanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Manifestasi klinis yang umum adalah penurunan berat badan, kelelahan, gugup, berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpitasi dan pembesaran tiroid. 1) Sistem kardiovaskuler : meningkatanya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema. 2) Sistem pernapasan : pernapasan cepat dan dalam, bernapas pendek, penurunan kapasitas paru 3) Sistem perkemihan: retensi cairan, menurunnya output urin 4) Sistem gastrointestinal: meningkatnya peristaltik usus, peninkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadanga adiposa, dan protein, penurunan serum lipid, penurunan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen. 5) Sistem muskuloskeletal: keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor. 6) Sistem integumen: berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut. 7) Sistem endokrin: biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid 8) Sistem saraf: meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup, gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga, tegang dan emosional. 9) Sistem reproduksi: amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten. 10) Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bola mata menonjol kedepan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air di belakang mata. Retensi cairean ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea. 5. Komplikasi 1) Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit Graves. 2) Penyakit jantung, terutama kardioditis dengan gagal jantung. 3) Stroma tiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi, takhikardia berat, derilium, dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergency, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor resipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiriodisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, over dosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glucocorticoid, dexamethasone dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatetik dan takikardia. 6. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Serum T3, terjadi peningkatan (N : 70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit) b. Serum T4, terjadi peningkatan (N : 4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit) c. Indeks T4 bebas, meningkat (N : 0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit) d. T3 RU, meningkat (N : 24-34 %. e. TRH Stimulation test, menurun atau tidak ada respon TSH f. Tiroid antibodi antiglobulan antibody, titerantiglobulin antibody tinggi (N : titer < 1:100). g. Tirotropin resseptor antibodi (TSH – Rab), terjadi peningkatan pada penyakit graves 2. Tes Penunjang lainnya a. CT scan tiroid : mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian di ukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid. Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24 jam pada pasien hipertiroid akan meningkat. b. USG : untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa nodule c. EKG : untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takikardia atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T. 7. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormone tidroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radio aktif, tirodektomi subtotal). Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioioid, dan pembedahan 1. Obat-obatan Anti Tiroid (OAT) a. Prophylthiouracil(PTU) , merupakan obat anti hipertiroid pilihan, tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum diberikan harus di cek sel darah putih. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg. b. Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormone tiroid dalam tubuh, obat ini mempunyai efek samping agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria,.Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 dan 20 mg. c. Adrenargik Bloker, seperti propranolol dapat diberikan untuk mengontrol aktivitas saraf simpatetik, misalnya adanya takikardia, palpitasi, tremor. d. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi. PTU 300-600 mg/hari, ataumethimazole 40-45 mg/hari. 2. Radioiod Terapi Radiaktif iodine-131, yodium radiaktif secara bertahap akan menghancurkan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid. 3. Pembedahan dan pengangkatan total atauparsial (tiroidektomi). Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid. 4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000 kalori.s B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Data Demografi Data demografi yang penting dikaji adalah usia dan jenis kelamin karena merupakan factor yang berpengaruh terhadap Hipertiroid. b. Riwayat Kesehatan a) Riwayat keluarga dengan factor genetik, penyakit tiroid dan kanker. b) Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat pengobatan dengan radiasi di leher, adanya tumor, riwayat trauma kepala, infeksi, riwayat penggunaan obat-obatan seperti thionamide, litium, amiodarone, interferon alpha. c. Keluhan Utama a) Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme • Penurunan berat badan • Peningkatan suhu tubuh • Kelelahan • Makan dengan porsi banyak atau sering b) Kaji yang berhubungan dengan aktivitas • Cepat lelah • Intoleran aktivitas • Tremor • Insomnia c) Kaji yang berhubungan dengan persyarafan • Iritabilitas • Emosi tidak stabil seperti cemas, mudah tersinggun d) Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan • Gangguan tajam penglihatan • Pandangan ganda e) Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual • Amenorrhea, mens tidak teratur • Menurunnya infettile, resiko aborsi spontan • Menurunnya libido • Menurunnya perkembangan fungsi seksual • Impoten f) Kaji yang berhubungan dengan penyakit graves • Eksoftalmus • Pembesaran kelenjar tiroid d. Pengkajian Psikososial Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunujukkan perilaku maniak.Sering juga didapatkan gangguan tidur. e. Pemeriksaan Fisik a) Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi ukuran dan kesimetrisan dan goiter pembesarn dapat terjadi empat kali dari ukuran normal. b) Optalmophaty (Penampilan dan fungsi mata yang tidak normal) Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan bola mata.Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat ke bawah. c) Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler dan peningkatan jaringan di bawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihatan ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian. d) Pemeriksaan jantung, komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu dikaukan seperti tekanan darah, takikardi, disritmia, bunyi jantung, pembesaran jantung. e) Musculoskeletal, biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hiperaktif pada refleks tendon dan tremor, iritabilitas. No Dx Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional 1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, kedaan hipermetabolisme, peningkatan beban jantung. Tujuan: Penurunan curah jantung tidak terjadi Kriteria Hasil: Mempertahankan curah jantung yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda-tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal status mental baik, tidak ada distritmia a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Pertahankan besarnya tekanan nadi. b. Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau adanya angina yangdikeluhkan pasien c. Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur d. Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya distritmia. e. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yab tidak normal (krekels). f. Catat adanya riwayat asma/ bronkokontiksi, kehamilan, sinus bradikardi/ blokjantung berlanjut menjandi gagal jantung g. Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik h. Pantau suhu. Berikan lingkungan yang sejuk, batasi penggunaan linen/pakaian kompres dengan air hangat. i. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membrane kering, nadi lemah, pengisian kapiler lambat, penurunan produksi urine dan hipotensi j. Berikan cairan melalui IV sesuai indikasi. a. Hipotensi umum atau otorstatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurun volume sirkulasi. b. Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia. c. Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardia. d. Takikardia (Lebih tinggi dari normal berhubungan dengan demam atau peningkatan kebutuhan akan sirkulasi) mungkin merupakan cerminan langsung dari stimulasi otot jantung oleh hormone tiroid e. Tanda awal adanya kongesti paru yang berhungan dengan timbulnya gagal jantung. f. Kondisi ini mempengaruhi pilihan terapi (Misalnya penggunaan penyekat beta-adrenergik merupakan kontraindiksi) g. S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik. Adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung. h. Demam (Melampaui 38o C). mungkin terjadi sebagai akibat dari kadar hormone yang berlebihan dan dapat meningkatkan diuresis/dehidrasi dan menyebabkan peningkatan vasodilatasi perifer, penumpukkan vena dan hipotensi. i. Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung j. Pemberian cairan IV dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadap tanda gagal jantung/kebutuhan terhadap pemberian zat inotropic. 2 Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi, peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh Tujuan : Kelelahan tidak terjadi Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh. a. Pantau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas. b. Catat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis c. Berikan/ciptakan lingkungan yang terang ; ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sensori warna-warna yang sejuk, dan music santai (tenang) d. Sarankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan e. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/ massase, bedak sejuk. f. Memberikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio, dan menonton televisi. g. Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, misalnya : fenobarbital (luminal), tranqulizer mis, klordiazepoksida (dibrium) a. Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istrahat, takikardi (diatas 160x/menit) mungkin akan ditemukan. b. Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan aktifitas. c. Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif dan insomnia. d. Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme. e. Dapat menurunkan energy dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi. f. Memungkinkan untuk menggunakan energy dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas. g. Untuk mengatasi keadaan (gugup), hiperaktif, dan insomnia. 3. Resiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, mual muntah, diare, hiperglikemi. Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi. Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal dan terbebas dari tanda-tanda malutrisi. a. Auskultasi bising usus b. Catat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen mual muntah. c. Pantau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan berat badan d. Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil. e. Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus. f. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi protein, karbohidrat dan vitamin g. Berikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks. a. Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorbsi. b. Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polydipsia, polyuria. c. Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi anti tiroid. d. Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik. e. Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorbs nutrisi yang diperlukan f. Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukkan zat-zat makanan yang adekuat. g. Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mengobati hipoglikemia. 4. Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mekanisme perlindungan mata: eksoftalmus. Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus dan mampu mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata a. Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang berlebihan. Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata. b. Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan ganda (diplopia). c. Anjurkan pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan d. Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi e. Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan. f. Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH, prednison, obat anti tiroid, diuretik. a. Manifestasi umum dari stimulasi adrenergic yang berlebihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis. b. Oftalmopati infiltrative (Penyakit graves) adalah akibat dari peningkatan jaringan retroorbita, yang menciptakan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari oto ekstraokuler yang menyebabkan kelelahan. c. Melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena edema. d. Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat eksoftalmus e. Memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata f. Sebagai lubrikasi mata, diberikan untuk radang yang berkembang dengan cepat, dapat menurunkan tanda dan gejala yang semakin memburuk, dapat menurunkan edema pada keadaan ringan.. PATHWAYS HIPERTIROID DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC. Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2001. Buku Keperawatan Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed. 8. Jakarta: EGC. Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans Info Media.

16 komentar:

  1. Thank you for the cooperation you received, hopefully it will work properly.

    Makanan Yang Dilarang Bagi Penderita TB Kelenjar

    Gejala TB Kelenjar

    BalasHapus
  2. HIV / Herpes hakkındaki araştırmam sırasında Hiv / Herpes bilgisine rastladım; google'da STD araması yaparken bulması oldukça kolay olan bilgiler. HIV / Herpes Cured'in komplo olduğunu düşünerek komplo içindeydim. Komplo olmak bir cehaletti, bitkisel ilaç konusunda oldukça ilginç buldum. Bitkisel tedavinin resmi HIV / Herpes web sitelerinde soru sordum ve Hiv / Herpes propagandasını papağanladığımı söyleyen moderatörler tarafından yasaklandım. Bu, Hiv / Herpes tedavisinin olduğuna dair inancımı pekiştirdi. Daha sonra almanca adında bir bayan buldum Achima Abelard Dr Itua Hiv'i tedavi ettim. iki hafta boyunca.Ve bugün hayatımda hiçbir Hiv / Herpes Tedavi Edilmedim, Hiv / Herpes gruplarının Hiv / Herpes Bitkisel Tedavisi hakkında daha fazla bilgi edinmek için insanlarla iletişim kurma girişiminde bulunmaya çalıştım. aynı hastalıkta bu bilgiler size yardımcı olur ve bu bilgiyi diğer insanlara yardım etmek umuduyla yaymak için elimden gelenin en iyisini yapmak istedim. Bu Dr Itua Bitkisel Tıp, acı çeken insanlar için bir umut olduğuna inanmamı sağlıyor, Parkinson hastalığı , Şizofreni, Kanser, Skolyoz, Fibromiyalji, Florokinolon Toksisite Sendromu Fibrodysplasia Ossificans Progressiva.Infertilite, Epilepsi, Diyabet, Çölyak hastalığı, Artrit, Amyotrofik Lateral Skleroz, Alziyer hastalığı s.Hiv_ Aids, Herpes, İnflamatuar barsak hastalığı, Copd, Diyabet, Hepatit, Tasha ve Tara, Conley, Mckinney'i ve her çeşit hastalıktan nasıl daha fazla acı çektiğini çevrimiçi olarak okudum, bu yüzden onunla iletişim kurdum. Kendisi Tanrı'nın eşsiz bir kalbi olan bir bitkisel doktordur, Contact Emal..drituaherbalcenter @ gmail.com Telefon veya whatsapp .. + 2348149277967.

    BalasHapus
  3. I like the information you submit, hopefully it's better again.
    Ciri Ciri Pengerasan Hati

    BalasHapus
  4. I really like the information you convey, it's very useful. Thanks

    Tips Jitu Membuat Rangkaian Pancing Ikan Bawal

    BalasHapus
  5. Bait is the key to successfully entangling fish in your hook.

    Umpan Alami Ikan Patin Liar Di Sungai

    BalasHapus
  6. Thank you for the information you convey is very helpful ^ _ ^

    Umpan Jitu Ikan Patin Susah Makan

    BalasHapus

comentar via Facebook