Jumat, 29 Maret 2013

ASuhan keperawatan SLE (LUPUs)

Materi kasus. kel, lain BAB 1 KONSEP MEDIS 1. Definisi Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinik bervariasi dari yang ringan sampai berat. Pada keadaan awal, sering sekali sukar dikenal sebagai LES, karena manifestasinya sering tidak terjadi bersamaan.(Price, 1996) SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.(Simon dan Schuster, 2003) Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh. Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. kelainan ini dikenal dengan autoimunitas.(Jansen Murray, 2003) 2. Etiologi Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui. Di duga faktor genetik, infeksi, dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi LES.Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan Jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus-menerus. Antibodi ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan. 3. Prognosis (angka kejadian) Dengan diagnosis dini dan penatalaksanaan yang mutakhir maka 80-90% pasien dapat mencapai harapan hidup 10 tahun dengan kualitas hidup yang hampir normal. 4. Manifestasi klinis - Keluhan utama dan pertama LES adalah artralgia (pegal dan linu dalam sendi). Dapatjuga timbul artritis nonerosif pada dua atau lebih sendi perifer. Artritis biasanya berlangsung hanya beberapa hari. - Lokasi artritis akut biasanya di sendi tangan, pergelangan tangan, & lutut, serta biasanya simetris. - Artritis dapat berpindah-pindah atau tetap di satu sendi dan jadi menahun. - Pasien mengeluh lesu,lemah, & capai sehingga menghalangi beraktivitas. Demam, pegal linu seluruh tubuh, nyeri otot, dan penurunan berat badan. - Terdapat kelainan kulit menahun berupa bercak diskoid yang bermula sebagai eritema papul atau plak bersisik. Sisik ini menebal & melekat disertai hipopigmentasi sentral, terutama pada daerah yang terkena sinar matahari & dapat menimbulkan kebotakan di kepala. - Dapat pula terjadi kelainan darah berupa anemia hemolitik, kelainan ginjal, pneumonitis, kelainan jantung, kelainan gastrointestinal misalnya pankreatitis, gangguan saraf seperti nyeri kepala. - Terlihat kelainan kulit spesifik berupa Bercak Malar menyerupai Kupu-Kupu di wajah & eritema umum yg menonjol. - Pasien menjadi fotosensitif & LES kambuh bila terjemur sinar matahari cukup lama. Kulit yang terkena sinar matahari menunjukkan kelainan subakut yang bersifat rekurens, berupa bercak menonjol, kemerahan, dan menahun. 5. Klasifikasi/stage Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu: a. Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit. b. Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus). c. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan. Pengaruh kehamilan terhadap SLE Eksaserbasi terjadi karena hormone estrogen meningkat selama kehamilan. Jika terjadi SLE, maka eksaserbasi meningkat 50-60%. Pada T.III eksaserbasi 50%, T.I & T.II eksaserbasi 15%, postpartum 20%. Pengaruh SLE terhadap kehamilan. Prognosis b’dasarkan remisi sebelum hamil, jika > 6 bulan eksaserbasi 25% dengan prognosis baik, jika < 6 bulan eksaserbasi 50% dengan prognosis buruk. Abortus meningkat 2-3kali, PE/E, kelahiran prematur, lupus neonatal. 6. Patofisiologi 7. Komplikasi - Vaskulitis - Perikarditis - Myocarditis - Anemia Hemolitik - Intra Vaskuler Trombosis - Hypertensi - Kerusakan Ginjal Permanen - Gangguan Pertumbuhan 8. Pemeriksaan lab dan diagnostik - Pemeriksaan Lab yg dilakukan terhadap pasien LES meliputi :  ANA ( anti nuclear antibody). Tes ANA memiliki sensitivitas yg tinggi namun spesifitas rendah.  Anti dsDNA ( double stranded ). Tes ini sangat spesifik untuk LES,biasanya titernya akan meningkat sebelum LES kambuh.  Antibodi anti-S ( Smith). Antibodi spesifik terdapat pada 20-30 % pasien.  Anti-RNP (ribonukleoprotein).  Komplemen C3,C4, dan CH50 (komplemen hemolitik)  Titer sel L. Kurang spesifik dan juga positif pada artritis reumatoid, sindrom sjogren, skleroderma, obat,& bahan-bahan kimia lain. - Pemeriksaan diagnosis Kriteria untuk klasifikasi LES dari American Rheumatism Association (ARA,1992) : 1. Artritis 2. ANA di atas titer normal 3. Bercak malar 4. Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari ( dari anamnesis) 5. Bercak diskoid 6. Salah satu kelainan darah :  Anemia hemolitik  Leukosit < 4.000/mm3  Limfosit < 1.500/ mm3  Trombosit < 100.000/ mm3 7. Kelainan Ginjal  Proteinuria > 0,5 g per 24 jam  Sedimen selular 8. Salah satu serositis  Pleuritis  Perikarditis 9. Salah satu kelainan neurologi  Konvulsi  Psikosis 10. Ulser mulut  Salah satu kelainan imunologi  Sel LE positif  Anti dsDNA di atas titer normal  Anti Sm ( Smith) di atas titer normal  Tes Serologi sifilis positif palsu. Seorang pasien diklasifikasikan menderita LES apabila memenuhi minimal 4 dari 11 butir kriteria tersebut di atas. 9. Penalataksanaan - Untuk Penatalaksanaan, Pasien LES dibagi menjadi :  Kelompok Ringan LES dengan gejala-gejala panas, artritis, perikarditis ringan, efusi pleura/perikard ringan, kelelahan, dan sakit kepala.  Kelompok Berat LES dengan gejala-gejala efusi pleura dan perikard masif, penyakit ginjal, anemia hemolitik, trombositopenia, lupus serebral, vaskulitis akut, miokarditis, pneumonitis lupus,& perdarahan paru. - Penatalaksaan umum:  Kelelahan bisa karena sakitnya atau karna penyakit lain seperti anemia, demam, infeksi, gangguan hormonal, komplikasi pengobatan, atau stres emosional. Upaya mengurangi kelelahan: pemberian obat , cukup istrahat, pembatasan aktivitas yang berlebihan & mengubah gaya hidup.  Hindari merokok  Hindari perubahan cuaca karena akan mempengaruhi proses inflamasi.  Hindari stres dan trauma fisik.  Diet sesuai kelainan, misalnya hiperkolesterolemia.  Hindari pajanan sinar matahari, khususnya ultraviolet pada pukul 10.00-15.00.  Hindari pemakaian kontrasepsi atau obat lain yang mengandung hormon estrogen. -. Penatalaksaan medikamentosa LES derajat ringan :  Aspirin & obat AINS merupakan pilihan utama dengan dosis sesuai derajat penyakit.  Penambahan obat antimalaria hanya bila ada ruam kulit dan lesi di mukosa membran.  Bila gagal, dapat ditambah prednison 2,5-5 mg / hari. Dosis dapat dinaikkan 20 % secara bertahap tiap 1-2 minggu sesuai kebutuhan. LES derajat berat :  Pemberian steroid sistemik merupakan pilihan pertama dengan dosis sesuai dengan kelainan organ sasaran yg terkena. BAB II KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pasien datang ke IGD RSAM dengan keluhan mata dan muka terasa panas dan gatal yang disertai dengan nyeri pada bibir dan mulut, timbul bintik-bintik merah pada muka dan badan. Kulit muka kemerahan sudah dirasakan pasien sejak + 3 tahun yang lalu. Awalnya kemerahan pada kulit hanya berupa titik-titik saja dan tidak terlalu banyak tetapi semakin lama semakin banyak dan semakin besar. Mata dan muka terasa panas dan gatal dirasakan sudah lama kira-kira 2 tahun yang lalu hilang timbul dan semakin parah saat 3 hari yang lalu. Keluhan panas dan gatal tersebut semakin jelas apabila terkena matahari, oleh sebab itulah pasien akhir-akhir ini jarang keluar rumah pada siang hari. Selain itu juga bintik-bintik merah ini timbul di daerah badan dan punggung tetapi daerah tangan dan kaki tidak terdapat bintik-bintik merah. Pasien mengaku pernah bekerja di pabrik pengolahan udang selama 7 tahun sejak tahun 1998. Saat bekerja di pabrik tersebut pasein mengaku sering gatal-gatal dan panas pada wajah, oleh sebab itulah pasien berhenti bekerja. Setelah berhenti bekerja bintik-bintik merah pada wajah baru timbul. Satu bulan yang lalu pasien pernah mengunjungi dokter untuk berobat di klinik dekat rumahnya. Oleh dokter setempat pasien diberikan obat salep dan tablet tetapi pasien lupa nama obatnya. Saat pagi hari pasien sulit membuka matanya karena mata pasien banyak terdapat kotoran atau belek. Selain itu juga mulut pasien semakin lama semakin panas dan pecah-pecah dan terkadang mengeluarkan darah. Sendi kaki dan tangan pun terasa nyeri terutama karena sangat menggangu dalam aktivitasnya sehari-hari. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD : 100/60 mmHg, N : 96 x/ menit, S: 36,3 C, RR : 24x / menit, Kesadaran : Compos mentis, Sianosis : Tidak ada, Edema umum : Tidak ada, Cara berjalan : Normal, Mobilitas : Pasif. Pemeriksaan kulit : Warna : Sawo matang, Jaringan parut : Tidak ada, Pertumbuhan rambut : Jarang, Suhu Raba : Hangat, Keringat : Tidak ditemukan keringat setempat atau umum, Efloresensi : Makula eritema ukuran miliar – lentikular, Pigmentasi : Tidak ada, Lembab/Kering:Kering, Wajah : Butterfly rash, Mata : Nyeri, sekret (+), konjungtiva anemis, Mulut : Ulser mulut, bibir terasa terbakar, Dada : Makula eritema ukuran miliar – lentikuler, Perut : Makula eritema ukuran miliar – lentikuler. Hasil pemeriksaan lab Hb : 4,6 gr/dl, Leukosit : 2400 /ul ANALISA DATA NO. DATA MASALAH KEPERAWATAN 1. Data subjektif: - Klien mengeluh mata dan muka terasa panas dan gatal - Klien mengatakan timbul bintik-bintik merah pada muka dan dada. - Klien mengeluh mulutnya semakin lama semakin panas dan pecah-pecah dan terkadang mengeluarkan darah Data objektif: - Timbul bintik-bintik merah pada muka dan badan klien - Wajah butterfly rash - Pertumbuuhan rambut jarang - Bibir terlihat pecah-pecah Kerusakan integritas kulit 2. Data subjektif: - Klien mengeluh nyeri pada bibir dan mulut serta pada bagian mata - Klien mengeluh sulit untuk membuka mata di pagi hari - Klien mengeluh bibir terasa terbakar Data objektif: - Mata klien mengeluarkan sekret yang berlebih - Bibir klien terlihat pecah-pecah Masih dibutuhkan data tambahan : Skala Nyeri (PQRST) : 1. P : Nyeri muncul sejak klien bekerja di pabrik udang 2. Q : nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan diiris-iris, nyeri berkurang saat klien diberikan analgetik dan beristrahat 3. R : nyeri dirasakan dibagian mata dan bibir 4. S : nyeri yang dirasakan skala 4 (0-5) 5. T : nyeri terasa saat klien bangun pagi hari Masih dibutuhkan data tambahan : 1. Klien nampak meringis Nyeri 3. Data subjektif - Masih dibutuhkan data tambahan : 1. Klien mengeluh sulit untuk membuka mulut 2. Klien mengeluh kurang nafsu makan Data objektif - Konjungtiva anemis - TD : 100/60 mmHg - Hb : 4,6 gr/dl - Leukosit 2400/ul - Bibir klien tampak pecah-pecah Masih dibutuhkan data tambahan : 1. Penurunan berat badan 2. Klien nampak lemah 3. Klien nampak pucat Nutrisi kurang dari kebutuhan 4. Data subjektif: - Klien mengeluh sendi kaki dan tangan terasa nyeri dan sangat mengganggu aktivitas Data objektif: - TD : 100/60 mmHg - Hb : 4,6 gr/dl - Leukosit 2400/ul Masih dibutuhkan data tambahan : 1. Klien terlihat lemah 2. Klien nampak meringis 3. Klien tampak pucat Intoleran aktifitas DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN : 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit 2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/kerusakan jaringan 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum   RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No. DiagnosaKeperawatan TujuandanKriteriaEvaluasi Intervensi Rasional 1. 2. 3. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan: Data subjektif: - Klien mengeluh mata dan muka terasa panas dan gatal - Klien mengatakan timbul bintik-bintik merah pada muka dan dada. - Klien mengeluh mulutnya semakin lama semakin panas dan pecah-pecah dan terkadang mengeluarkan darah Data objektif: - Timbul bintik-bintik merah pada muka dan badan klien - Wajah butterfly rash - Pertumbuuhan rambut jarang Nyeri berhubungan dengan inflamasi/kerusakan jaringan, ditanda dengan: Data subjektif: - Klien mengeluh nyeri pada bibir dan mulut serta pada bagian mata - Klien mengeluh sulit untuk membuka mata di pagi hari - Klien mengeluh bibir terasa terbakar Data objektif: - Mata klien mengeluarkan sekret yang berlebih - Bibir klien terlihat pecah-pecah Masih dibutuhkan data tambahan : Skala Nyeri (PQRST) : 1. P : Nyeri muncul sejak klien bekerja di pabrik udang 2. Q : nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan diiris-iris, nyeri berkurang saat klien diberikan analgetik dan beristrahat 3. R : nyeri dirasakan dibagian mata dan bibir 4. S : nyeri yang dirasakan skala 4 (0-5) 5. T : nyeri terasa saat klien bangun pagi hari Masih dibutuhkan data tambahan : 1. Klien nampak meringis Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan : Data subjektif: Masih dibutuhkan data tambahan : 1. Klien mengeluh sulit untuk membuka mulut. 2. Klien mengeluh kurang nafsu makan Data objektif: - Konjungtiva anemis - TD : 100/60 mmHg - Hb : 4,6 gr/dl - Leukosit 2400/ul - Bibir klien tampak pecah-pecah Masih dibutuhkan data tambahan : 1. Penurunan berat badan 2. Klien nampak lemah 3. Klien nampak pucat Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ditandai dengan: Data Subjektif : - Klien mengeluh sendi kaki dan tangan terasa nyeri dan sangat mengganggu aktivitas. Data Objektif : - TD : 100/60 mmHg - Hb : 4,6 gr/dl - Leukosit 2400/ul Masih dibutuhkan data tambahan : 1. Klien terlihat lemah 2. Klien nampak meringis 3. Klien tampak pucat Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam masalah : Integritas kulit kembali normal. Kriteria hasil: - Mata dan muka tidak terasa panas dan gatal - Tidak lagi timbul bintik-bintik merah pada muka dan dada klien - Bibir klien tidak terasa panas dan pecah-pecah serta tidak mengeluarkan darah - Tidak lagi timbul bintik-bintik merah pada muka dan badan klien - Tidak terdapat butterfly rush pada wajah klien - Pertumbuhan rambut klien bisa menjadi normal Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam masalah : Nyeri hilang atau berkurang, Kriteria hasil: - Nyeri pada bibir dan mulut hilang atau berkurang - Tidak terdapat kesulitas saat membuka mata di pagi hari - Nyeri pada mata klien hilang atau berkurang - Mulut klien tidak terasa terbakar - Mata klien tidak mengeluarkan sekret yang berlebih Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam masalah : nutrisi seimbang, dengan kriteria hasil: - Klien bisa membuka mulut dengan normal - Nafsu makan klien kembali membaik - Konjungtiva tidak tampak anemis - TD: 120/80 mmHg - Hb: 13 gr/dl - Leukosit 4000-11000/ul - Bibir klien tidak tampak pecah-pecah - Berat badan kembali normal - Klien tidak tampak lemah - Klien tidak tampak pucat Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam masalah : Aktivitas dapat normal kembali, Kriteria hasil: - Tidak terdapat nyeri sendi kaki dan tangan serta aktivitas tidak terganggu - Konjungtiva normal - TD : 120/80mmHg - Hb : 13 gr/dl - Leukosit : 4000-11000/ul - Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan. - Pertahankan/instruksikan dalam hygiene kulit, mis, membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krim. - Gunakan/berikan obat-obatan topical sesuai indikasi - Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara terbuka. - Berikan aktivitas terapeutik tepat untuk usia/kondisi. - Berikan analgesic (narkotik dan non-narkotik) sesuai indikasi. - Kaji masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh . -Berikan perawatan mulut yang terus menerus, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol. - Jadwalkan obat-obatan di antara makan (jika memungkinkan) dan batasi pemasukan cairan dengan makanan, kecuali jika cairan memiliki nilai gizi. - Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin. - Berikan fase istirahat sebelum makan. Hindari prosedur yang melelahkan saat mendekati waktu makan. - Dorong pasien untuk duduk pada waktu makan. - Catat pemasukan kalori - Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. - Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istitrahat. - Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan. R/ : Menentukan garis dasar di man perubahan pada status dapat di bandingkan dan melakukan intervensi yang tepat. R/:Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi. R/ : Digunakan pada perawatan lesi kulit. R/ : Suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung saraf. R/ : Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang di alami dan memfokuskan kembali perhatian. R/ : Membantu mengurangi nyeri. R/: Pasien ulser sering anoreksia karena susahnya atau terdapat hambatan pada saat membuka mulut. R/: mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/muntah, lesi oral, pengeringan mukosa dan halitosis. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan. R/: lambung yang penuh akan akan mengurangi napsu makan dan pemasukan makanan. R/: dapat meningkatkan napsu makan dan perasaan sehat. R/: mengurangi rasa lelah; meningkatkan ketersediaan energi untuk aktivitas makan. R/: mempermudah proses menelan dan mengurangi resiko aspirasi. R/: mengidentifikasi kebutuhan terhadap suplemen atau alternative R/ : Menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pemilihan intervensi. R/ : Tirah baring diperthankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk penyembuhan. R/ : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.

Komentar Facebook
0 Komentar Blogger

0 komentar:

Posting Komentar

comentar via Facebook