BAB I KONSEP MEDIS 1.1 Definisi AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal, dan sebgainya (Christine L, 1992). AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV yang ditandai dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker (Djauzi dan Djoerban, 2003). AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodetciency Virus (HIV) (Suzane C. Smeltzler dan Brenda G. Bare, 2002). AIDS merupakan sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawah sejak lahir ) dan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai kelainan ringan hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Centers Of Disease Control And Prevention ). 1.2 Etiologi AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency. HIV adalah retrovirus yang menginfeksi terutama organ-organ vital manusia sistem kekebalan tubuh seperti sel T CD4+ (a subset sel T ), makrofag dan sel dendritik . Secara langsung dan tidak langsung merusak sel CD4+ T. Setelah HIV telah membunuh begitu banyak per CD4+ T sel yang ada lebih sedikit dari 200 sel microliter (μL) dari darah , kekebalan selular hilang. Akut infeksi HIV berlanjut dari waktu ke waktu untuk infeksi HIV laten klinis dan kemudian ke awal gejala infeksi HIV dan kemudian AIDS, yang diidentifikasi baik berdasarkan jumlah sel T CD4+ sisa dalam darah, dan / atau adanya infeksi tertentu. Virus ini ditransmisikan melalui : 1. Hubungan seksual ( 0,1-1%) 2. Darah a. Transfusi darah yang mengandung HIV ( resiko 90-98) b. Tertusuk jarum yang mengandung HIV ( resiko 0,3) c. Terpapar mukosa yang mengandung HIV ( resiko 0,09) 3. Transmisi dari ibu ke anak ( resiko 25-45%) a. Selama kehamilan (resiko 7% ) b. Saat persalinan ( resiko 18%) c. Air susu ibu ( resiko 14%) 1.3 Prognosis Penyakit HIV/Aids tidak dapat diobati. Yang terpenting adalah pencegahan. Sulit sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada waktu diagnosis AIDS ditegakkan. Mortalitas pasien AIDS mendekati 100%. 1.4 Manifestasi Klinis Gambaran klinis infeksi HIV/AIDS dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral akut, demensia HIV), infeksi oportunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4. 1) Infeksi Retroviral Akut Frekuensi gejala infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatosplenomegali, nyeri tenggorok, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan neurologi seperti meningitis aseptik, sindrom Guillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan. 2) Masa Asimtomatik Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat terjadi limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period). 3) Masa Gejala Dini Pada masa ini jumlah CD4 berkisar antara 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herpes zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkulosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex (ARC) 4) Masa Gejala Lanjut Pada masa ini jumlah CD4 di bawah 200. Penurunan daya tahan yang lanjut ini menyebabkan resiko tinggi terjadinya infeksi oportunistik berat atau keganasan. Seorang dewasa (>12 tahun) dianggap Aids menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yangb sesuai dengan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor yang berkaitan dengan gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV. 1) Gejala Mayor a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologist e. Demensia / HIV Ensefalopati 2) Gejala Minor a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis Generalisasi c. Adanya herpes zoester multi segmental dan herpes soester berulang d. Kandidiasis oropharingeal e. Herpes simpleks kronis progresif f. Limpadenopati generalisata g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita h. Rentinitis virus sitomegalo 1.5 Klasifikasi AIDS Terdapat beberapa klasifikasi HIV/AIDS. Adapun sistem klasifikasi yang biasa digunakan untuk dewasa dan remaja dengan infeksi HIV adalah menurut WHO dan CDC (Center For Diasease Control and Prevention) 1. Klasifikasi menurut CDC CDC mengklasifikasikan HIV/AIDS pada remaja (>13 tahun dan dewasa) berdasarkan dua sistem, yaitu dengan melihat jumlah supresi kekebalan tubuh yang dialami pasien serta stadium klinis. Jumlah supresi kekebaln tubuh ditunjukkan oleh limfosit CD4. Sistem ini didasarkan pada tiga kisaran CD4 dan tiga kategori klinis yaitu : Kategori 1 : ≥ 500 sel/µI Kategori 2 : ≥ 200-499 sel/µI Kategori 3 : ≥ 200 sel/µI Klasifikasi tersebut di dasarkan pada jumlah limfosit CD4 yang terendah dari pasien. Klasifikasi CDC juga bisa digunakan untuk surveilans penyakit, yang dikategorikan kelas A3,B3,C1-3 dikategorikan AIDS. Sekali dilakukan klasifikasi maka pasien tidak akan dilakukan klasifikasi ulang, meskipun terjadi perbaikan status imunologi misalnya peningkatan nilai CD4 karena pengaruh terapi atau faktor lain. 2. Klasifikasi Menurut WHO WHO mengklasifikasikan HIV/AIDS menjadi klasifikasi laboratorium dan klinis a. Klasifikasi Laboratorium b. Klasifikasi infeksi HIV/AIDS berdasarkan gambaran klinis pada orang dewasa menurut WHO Stadium Klinis Skala Aktivitas I 1. Asimptomatik 2. Limfadenopati generalisata Asimptomatik , aktifitas normal II 1. Berat badan menurun < 10 % 2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti , dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis ,ulkus oral yang rekuren ,kheilitis angularis 3. Herpes zoster dalam 5 tahun 4. terakhir 5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti ,sinusitis bakterialis Simptomatik , aktifitas Normal III 1. Berat badan menurun < 10% 2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan 3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan 4. Kandidiasis orofaringeal 5. Oral hairy leukoplakia 6. TB paru dalam tahun terakhir 7. Infeksi bacterial yang berat seperti pneumonia, piomiositis Pada umumnya lemah , aktivitas ditempat tidur kurang dari 50% IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang didefinisikan oleh CDC 2. Pnemonia Pneumocystis carinii 3. Toksoplasmosis otak 4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan 5. Kriptokokosis ekstrapulmonal 6. Retinitis virus situmegalo 7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan 8. Leukoensefalopati multifocal progresif 9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis 10. Kandidiasis di esophagus ,trakea , bronkus , dan paru 11. Mikobakterisosis atipikal diseminata 12. Septisemia salmonelosis non tifoid 13. Tuberkulosis diluar paru 14. Limfoma 15. Sarkoma Kaposi 16. Ensefalopati HIV Pada umumnya sangat lemah , aktivitas ditempat tidur lebih dari 50% 2. Patofisiologi 3. Komplikasi 1. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. 2. Neurologik a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial. b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) 3. Gastrointestinal Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. 4. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. 5. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare. 6. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas. 7. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies / tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis. 8. Sensorik Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri. 4. Pemeriksaan Diagnostik Test skrining : Tes untuk antibody spesifik terhadap virus Enzyme immunoassay (EIA) 1. Negative pada beberapa hari pertama serokonversi 2. Sensitivitas dan spesifitas > 99 % 3. Dapat mendeteksi anti HIV-2 atau anti-HIV grup O 4. Generasi keempat EIA juga mendeteksi p24 antigen Rapid Test Merupakan tes EIA atau aglutinasi latex yang dapat mengeluarkan hasil dalam 10 menit tetapi biasanya dikonfirmasi dengan tes standar. Dapat digunakan di klinik PMS, atau klinik Obgin dengan prevalensi populasi yang tinggi. Tes Saliva Sensitifitas dan spesifitas sama baiknya dengan tes serum Detuned Assay Sensitifitas yang rendah EIA dapat digunakan secara kombinasi dengan assay konvensional untuk menentukan apakah infeksi HIV baru saja didapat, untuk estimasi epidemologis dari insidens, dan untuk diagnosis terhadap infeksi yang baru saja terjadi Test Konfirmasi Western Blot atau immunoblot Protein HIV berkaitan dengan bagian nitroselulose tempat berikatan dengan antibody HIV Antibody terhadap 2 dari 3 yakni P24, gp41 dan gp 120/160 adalah diagnostic. Hasil yang tidak dapat ditentukan menunjukkan adanya serokonversi ELIZA ELIZA : (sensitivitas tinggi 98,1 – 100 %) hasil positif setelah 2 – 3 bulan, dan masih harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan western blot. Tes antibody serum: skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan mengidentifikasi adanya HIV. Deteksi DNA atau RNA HIV Polymerase chain reaction atau branched DNA (bDNA) assay mendeteksi adanya dan kuantitas RNA HIV: viral load test. Digunakan jika untuk mengkonfirmasi infeksi ketika tes-tes skrining samara-samar, dan sebagai pemeriksaan pengganti. Batas deteksi lebih rendah biasanya 400 atau 50 kopi/ml, tetapi yang tersedia biasanya 5 kopi/ml. Deteksi antigen p24 melalui EIA berguna untuk diagnose infeksi primer HIV dan sebagai pemeriksaan pengganti terhadap progresi penyakit jika tidak tersedia pemeriksaan HIV RNA. Antigen HIV p24 Tes antibody HIV memiliki window period selama 3 bulan. Itu berarti bahwa serokonversi antibody dapat saja tidak terjadi sampai diatas 3 bulan setelah memperoleh virus. Sehingga tepat tindakan untuk menunda atau mengulang tes. 5. Penatalaksanaan Saat ini infeksi HIV belum dapat disembuhkan, sehingga tujuan pengobatan infeksi HIV berfokus pada menurunkan kadar viral dengan kemoterapi dan meningkatkan respon imun. Terapi psikis dan emosional yang terinfeksi HIV I harus dilakukan dibawah pengawasan bealth care providers, sebagai tambahan kerahasiaan pasien dengan HIV harus dijaga dengan baik perawatan pasien dengan HIV harus Holistik yang mencakup segi sosial, psikis dan fisik. 1) Penatalaksanaan Farmakologi Kombinasi obat yang direkomendasikan untuk lini pertama di Inggris adalah kombinasi dua NRTI dan satu NNRTI. Pilihan lain yang memuaskan terhadap banyak pasien adalah dua NRTI plus satu or dua protease inhibitor, atau tiga NRTI. Informasi terhadap pasien mengenai penyakit, obat yang diberikan dan efek samping harus disampaikan dengan cepat dan jelas. 1. Tabel obat NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor) Nama Obat Keterangan Zidovudine NRTI pertama yang dilisensikan untuk mencengah transmisivertial dan profilaksis pasca pemaparan. Mempunyai penetrasi SSP yang bangus; bukti menunjukkan bermanfaat untuk demensia karena AIDS. Bermanfaat untuk trombositopenia akibat HIV. Efek samping berupa lelah, malaise dan mual (biasanya hilang setelah 4 minggu), anemia karena supresi terhadap sumsum tulang (3 bulan setelah memulai terapi, terutama tahap lanjut penyakit) dan meskipun jaringan dapat menyebabkan miopati. Pigmentasi di kuku dan kulit ekstremitas yang dapat terjadi pada orang kulit coklat atau hitam. Lamivudine Mutasi tunggal pada situs 184 menyebabkan resistensi, jadi harus merupakan bagian dari regimen supresif maksimal. Aktif terhadap hepatitis B, jadi berguna pada pasien dengan koinfeksi tetapi ada masa penghentiannya (dekompensasi hepatik). Sangat baik ditoleransi, memiliki waktu paruh pendek dan efek jangka panjang yang jarang. Stavudine Efek jangka pendek sedikit. Efek jangka panjang termasuk neuropati perifer. Banyak fakta yang menunjukkan bahwa stavudine yang lebih kuat menyebabkan perkembangan lipoatrofi dibandingkan NRTI yang lain. Efektif terhadap virus yang telah resisten terhadap AZT. Didanosine Poten sebagai kombinasi dengan AZT. Waktu paruh intraseluler yang lama. Efek samping gastrointestinal (contohnya diare) sehingga mengurangi ketaatan minum obat. Berbentuk tablet yang dapat dikunyah sehingga dapat digunakan sebagai dosis sekali sehari. Harus diminum 30 menit sebelum atau 2 jam setelah makan. Efek samping utama adalah pankreatitis, jadi jangan diberikan dengan orang dengan riwayat minum alcohol atau yang banyak meminum alkohol. Zalcitabine Efektif tetapi sekarang jarang digunakan. Neuropati perifer dan ulserasi oral adalah efek samping yang paling signifikan . Abacavir Mempunyai efek yang luar biasa terhadap viral load dibandingkan NRTI yang lain, tetapi dapat terjadi hipersensitivitas pada 9 % pasien, bermanifestasi sebagai demam, rash, gejala-gejala gastrointestinal atau respirasi. Dapat fatal jika obat diteruskan, atau bila dihentikan atau diberikan kembali. 2. Table obat NNRTI (Non-Nucleotide Reverse Trancriptase Inhibitor) Nama Obat Keterangan Nevirapine Dimulai dengan dosis 200 mg sekali sehari selama 2 minggu, lalu ditingkatkan ke dosis teraupetik bila tidak ada rash. Awasi LFT dua minggu. LFT yang tidak normal bukan alas an penghentian, tetapi 1-5 % pasien harus berhenti karena masalah biokimia tubuh atau hepatitis. Interaksi dengan PI (mengurangi kemampuan). Mengurangi derajat methadone. Efavirenz Beberapa penelitian cohort dapat menyebabkan dan mempertahankan suprsi virus lebih baik dibandingkan nevirapine. Tetapi uji klinis acak yang terkontrol hasilnya tidak mendukung pendapat ini. Waktu paruh lebih dari 40 jam, sehingga disebut sebagai pemaaf atau yang terlambat atau kehilangan dosis Efek samping neuropsikiatrik dapat parah tetapi biasanya membaik pada permulaan 2-4 minggu. Depresi gagasan bunuh diri ddan gejala kekaburan terhadap kepribadian kadang-kadang dilaporkan berbulan-bulan pada saat terapi. 3. Table Obat Protase Inhibitor (PI) Nama Obat Keterangan Ritonavir Diberikan dengan selang 2 jam dari Didanosine. Banyak insiden efek samping GI, khususnya diare. Kelainan lipid (terutama trigliserida). Paraetesia perifer dan sirkumoral Penghambat poten sitokrom p450; interaksi ganda obat. Dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan apabila digunakan sendirian; 300 mg bd selama 2 hari, 400 mg bd selama 3 hari, 500 mg bd selama 7 hari, kemudian dosis penuh. Saquinavir HGC hanya dapat diberikan bersama RTV. Efek samping: diare, mual dan dapat terjadi nyeri abdomen. Indinavir Terjadi kristalisasi di saluran kemih. Menyebabkan terjadinya batu ginjal (nyeri pinggang, hemanturia) yang terjadi pada 4 % atau lebih jika dibooster dengan ritonavir. Membutuhkan intake cairan yang tinggi (>1,5 L per hari) dan waspada terhadap tanda-tanda dehidrasi apabila pasien berpergian, diare atau muntah. Efek samping: kulit kering, perubahan kuku dan rambut rontok Nelfinavir Telah digunakan sebagai lini pertama obat protease karena resistensi terhadap nelfinavir tidak menyebabkan resistensi terhadap protease inhibitor lainnya. Efek samping berupa diare pada 60 % pasien. Lopinavir/ritonavir Bukti menunjukkan efek antivirus yang lebih baik daripada PI tunggal (nelfinavir). Efek samping berupa gangguan lipid. Efektif terhadap virus yang sudah resisten terhadap PI lainnya. Amprenavir Beban berat diminum jika diberikan sendiri (8 kapsul dua kali sehari). Tidak disetujui sebagai lini pertama tetapi karena kurang efektif dibandingkan PI lainnya atau efavirenz. Efek samping; diare dan mual terutama pada permulaan terapi. Fos-amprenavir Obat pendahuluan dari amprenavir dengan beban minum lebih kecil. Atazanavir Memiliki efek samping lebih ringan terhadap serum lipid dibandingkan PI lainnya. Hiperbilirubinemia pada lebih dari 30 %, jarang terjadi jaundice. Resistensi obat tidak menyebabkan resistensi terhadap protease lainnya. 2) Penatalaksanaan Non Farmakologi Penanganan HIV secara komprehensif terdiri dari pemeriksaan fisik secara berkala, edukasi, konseling, sosial support, makanan yang bergizi, penanganan mencegah infeksi yang berat. Monitor hasil laboratorium, merujuk dan melaksanakan perawatan komprehensif. Pencegahan lebih lanjut HIV / AIDS A = Abstinence of Sex (Jauhi Seks Bebas) B = Be Faithful (Setia Pada Pasangan) C = use Condom (Menggunakan Kondom Saat Melakukan Seks) D = Don’t share a needle ( Jangan Berbagi Jarum Suntik) E = Education (Pendidikan Tentang Penyakit) BAB II KONSEP KEPERAWATAN 2.1 Pengkajian Pasien datang dengan keluhan mencret . Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, selain itu pasien mengatakan sering berkeringat dingin pada malam hari dan kadang merasakan dem zam. Pasien mengatakan lemah, cepat lelah, bila melakukan aktivitas. Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam. Pasien tidak makan 4 hari. Pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek. Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol . Pasien kemudian memeriksakan diri ke UGD RS dan selanjutnya di rawat di Ruang Tropik. Sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi narkoba dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Pasien memakai obat karena merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Pasien bekerja di satu kota sebagai Guide Freeland. Pasien juga punya riwayat melakukan Sex bebas dengan warga asing dan terakhir dengan warga Belanda. Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan dalam keluarga pasien. Pasien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-temannya, pasien tidak punya uang lagi, pasien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Pasien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri dengan berusaha melompat dari lantai II. Dari hasil pemeriksaan didapatkan data : Keadaan Umum : lemah, - Nadi : 120 x/menit - RR : 22 x/menit - TD : 110/70 mmHg - suhu : 37,8 oC Pasien pucat, ADL pasien partial care, , mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, konjungtiva anemis. Turgor masih baik, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 x/menit, BAB encer. Pemeriksaan Penunjang : Hb : 8,7g/dl 2.2 Analisa Data NO. DATA MASALAH KEPERAWATAN 1. DS : 1. Pasien mengeluh mencret. 2. Pasien mengatakan sering berkeringat dingin pada malam hari dan kadang demam. 3. Pasien mengatakan diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut Do: 1. KU : lemah o Nadi : 120 x/menit o RR : 22 x/menit o TD : 110/70 mmHg o suhu : 37,8. 2. Pasien tampak pucat, 3. konjungtiva anemis. 4. membran mukosa kering, 5. bising usus meningkat 20 x/menit. 6. BAB encer Tambahan data : Turgor kulit, elektrolit, input+output urine Kekurangan volume cairan 2. Ds : 1. pasien mengatakan tidak makan selama 4 hari Do : 1. konjungtiva anemis 2. bising usus meningkat 20 X/menit 3. Lidah ada bercak-bercak keputihan, 4. Hb : 8,7 gr/dl Tambahan data : Berat badan, albumin Gangguan nutrisi 3. Ds : 1. Pasien mengatakan lemah dan cepat lelah bila melakukan aktivitas. Do : 1. Hb 8,7g/dl 2. konjungtiva anemis 3. Pasien tampak pucat, 4. ADL pasien partial care Tambahan data : Tonus otot, Intoleran aktivitas 4. Ds : 1. Pasien mengatakan sering berkeringat dingin pada malam hari dan kadang demam. Do : 1. Mulut kotor 2. Holitosis, 3. Lidah ada bercak-bercak keputihan. 4. suhu : 37,8 oC 5. Hb : 8,7g/dl Tambahan data : Leukosit, CD4+, Infeksi (kandidiasis oral) 5. Ds ; 1. Pasien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-teman. 2. Pasien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. 3. Pasien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri dengan berusaha melompat dari lantai II. Do : 1. Tidak ada dukungan dari keluarga 2. Pasien hidup sendiri Harga diri rendah situasional Daftar Masalah Keperawatan : 1. Kekurangan volume cairan 2. Gangguan Nutrisi 3. Intoleran aktivitas 4. Infeksi (kandidiasis oral) 5. Harga diri rendah situasional 2.3 Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran aktif 2. Gangguan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah 3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan 4. Infeksi (kandidiasis oral) berhubungan dengan imunodeficiency 5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan frustasi 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan Nama Pasien : Nama Mahasiswa : Ruang : NPM : No. M R : No. Dx Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran aktif yang di tandai dengan : DS : 1. Pasien mengeluh mencret. 2. Pasien mengatakan sering berkeringat dingin pada malam hari dan kadang demam. 3. Pasien mengatakan diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut Do: 1. KU : lemah o Nadi : 120 x/menit o RR : 22 x/menit o TD : 110/70 mmHg o suhu : 37,8.oC 2. Pasien tampak pucat, 3. konjungtiva anemis. 4. membran mukosa kering, 5. bising usus meningkat 20 X/menit. 6. BAB encer Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kekurangan volume cairan pasien teratasi dengan kriteria hasil: 1. Pasien tidak mengeluh mencret. 2. Pasien tdiak berkeringat dingin pada malam hari dan kadang demam. 3. KU : Baik - Nadi : 60-100 x/menit - RR : 16-24 x/menit - TD : 110/70 mmHg - suhu : 36.5-37.5 oC 4. Pasien tidak pucat (pallor) 5. konjungtiva tidak anemis. 6. membran mukosa tidak kering 7. bising usus dalam rentang normal 12-16 x/menit. 8. BAB tidak encer 1. Pantau dan catat tanda-tanda vital setiap 2 jam. 1. Takikardi, dyspnea atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan volume cairan atau ketidakseimbangan elektrolit 2. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan yang signifikan termasuk urine, feses, muntahan, 2. Haluaran urine yang rendah dan berat jenis urine yang tinggi mengindikasikan hipovolemi 3. Auskultasi bunyi/bising usus 3. Peningkatan bising usus yang menunjukkan peningkatan motilitas usus 4. Kaji membran mukosa, konjungtiva serta warna kulit pasien 4. Membrane mukosa kering, konjungtiva anemis serta warna kulit pallor (kepucatan) menandakan deficit volume cairan 5. Selimuti pasien hanya dengan kain tipis. 5. Menghindari vasodilatasi, terkumpulnya darah di ekstremitas dan berkurangnya volume darah sirkulasi 6. Berikan cairan atau elektrolit melalui IV 6. Diperlukan untuk mendukung memperbesar volume sirkulasi , terutama jika asupan oral tak adekuat. 7. Instruksikan pasien untuk tidak duduk atau berdiri jika sirkulasi terganggu 7. Untuk menghindari hipotensi ortostatik dan kemungkinan syncope. 8. Berikan obat sesuai indikasi , Misalnya Difenoxilat 8. Menurunkan jumlah dan keenceran feses; mungkin kejang usus dan peristaltic 2. Gangguan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah (mastikasi) Ditandai dengan : Ds : 1. pasien mengatakan tidak makan selama 4 hari Do : 1. konjungtiva anemis 2. bising usus meningkat 20 X/menit 3. Lidah ada bercak-bercak keputihan, 4. Hb : 8,7 gr/dl Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Gangguan nutrisi pasien teratasi, dengan kriteria hasil: 1. Pasien dapat makan 3x sehari 2. konjungtiva tidak anemis 3. bising usus meningkat normal ( 12-16 x/menit) 4. Tidak ada bercak-bercak keputihan pada lidah 5. Hb : 12-16 gr/dl 1. kaji riwayat dan status nutrisi, termasuk makanan yang disukai. 1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. 2. Inspeksi rongga mulut pasien setiap penggantian tugas jaga. Jelaskan dan dokumentasikan kondisi laporkan perubahan status. 2. Pengkajian yang teratur, dapat mengetahui progress pasien 3. Auskultaasi bising usus, catat adanya penurunan/hilangnya atau suara yang hiperaktif 3. Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi, seperti paralitik ileus. 4. Observasi Hb pasien setiap hari 4. Penurunan Hb mengindikasikan kurangnya O2 dalam darah yang membantu dalam proses metabolism makanan 5. Berikan makanan lembut yang mudah dicerna dalam jumlah sedikitdalam waktu yang sering dengan teratur 5. Mencegah kelelahan berlebihan saat mengunyah,meningkatkan proses pencenaan dan menurunkan resiko distress gaster 6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berika pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka 6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurnkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi 7. Dorong/berikan pemasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari. 7. Mencegah dehidrasi yang dapat meningkatkan kehilangan cairan tak tampak (contoh ventilator/intubasi) dan menurunkan resiko konstipasi. 8. Anjurkan pasien untuk tidak memakan makanan yang panas, dingin, pedas, yang digoreng dan asam 8. Mengurangi iritasi lidah lebih lanjut 9. Lakukan kolaborasi dengan tim ahli gizi 9. Untuk menentukan diet yang tepat 3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan Ds : 1. Pasien mengatakan lemah dan cepat lelah bila melakukan aktivitas. Do : 1. Hb 8,7g/dl 2. konjungtiva anemis 3. Pasien tampak pucat, 4. ADL pasien partial care Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil: 2. Pasien merasa tidak lemah dan cepat lelah bila melakukan aktivitas. 3. Hb 12 – 16 g/dl 4. konjungtiva tidak anemis 5. Pasien tidak tampak pucat, 6. ADL pasien self care 1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan peningkatan kelemahan/kelelahan. 1. Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkanpilihan intervensi 2. Observasi Hb dan konjungtiva pasien 2. Hb menurun dapat mengindikasikan metabolisme tubuh menurun sehingga tubuh akan lemah, Hb menurun juga mempengaruhi konjugtiva pasien menjadi anemis 3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur. 3. Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk kedepan meja atau bantal. 4. Bantu memenuhi kebutuhan perawatan pribadi, pertahankan tempat tidur dalam posisi rendah dan tempat lalu lalang bebas dari pengobatan, bantu dengan ambulasi. 4. Rasa lemas dapat membuat AKS hamper tidak mungkin bagi pasien untuk menyelesaikan. 5. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat 5. Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energy untuk penyembuhan. 6. Dorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin, misalnya perawatan diri, duduk di kursi, berjalan, pergi makan siang. Meningkatkan tingkat aktivitas sesuai petunjuk. 6. Melindungi pasien dari cedera selama melakukan aktivitas.. 7. Kolaborasi : rujuk pada terapi fisik/okupasi. 7. Memungkinkan penghematan energy, peningkatan stamina, dan mengizinkan pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan dan rasa frustasi 4. Infeksi (kandidiasis oral) berhubungan dengan imunodefisiensi. Ditandai dengan : Ds : 1. Pasien mengatakan sering berkeringat dingin pada malam hari dan kadang demam. Do : 1. Mulut kotor 2. Holitosis, 3. Lidah ada bercak-bercak keputihan (Kandidiasis Oral) 4. suhu : 37,8 oC Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, infeksi (kandidiasis oral) pasien teratasi Dengan criteria hasil : 1. Pasien tidak berkeringat dingin pada malam hari dan kadang demam. 2. Mulut tidak kotor 3. Tidak holitosis 4. Lidah tampak tidak ada bercak keputihan 5. suhu : 36.5-37.5 oC 1. Pantau suhu minimal setiap 4 jam dan catat pada kertas grafik. 1. Memberikan informasi data dasar , awitan/peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi. 2. Periksa lidah, perhatikan tanda tanda inflamasi/ infeksi local 2. Identifikasi /perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis 3. Lakukan hygiene mulut pasien setiap 4 jam 3. Untuk menecegah kolonisasi bakteri dan menurunkan resiko infeksi yang diturunkan 4. Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. 4. Mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien memgalami infeksi nosocomial 5. Gunakan sarung tangan , skort selama kontak langsung dengan sekresi. Gunakan masker dan kacamata pelindung 5. untuk melindungi hidung , mulut dan mata dari sekresi selama tindakan. Dan Minimalkan pemajanan pada infeksi dan penularan infeksi HIV 6. Beriakan antibiotik atau agen antimikroba, misal : trimetroprim (bactrim atau septra), nistasin, pentamidin atau retrovir. 6. Menghambat proses infeksi. Beberapa obat-obatan ditargetkan untuk organisme tertentu, obat-obatan lainya ditargetkan untuk meningkatkan fungsi imun 5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan frustasi. Ds ; 1. Pasien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-teman. 2. Pasien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. 3. Pasien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri dengan berusaha melompat dari lantai II. Do : 1. Tidak ada dukungan dari keluarga 2. Pasien hidup sendiri Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, harga diri rendah pasien teratasi, dengan kriteria hasil: 1. Pasien merasa tidak diasingkan oleh keluarga dan teman-teman. 2. Pasien tidak merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. 3. Pasien mendapat dukungan dari keluarga. 1. Kaji status mental pasien melalui wawancara dan observasi minimal sekali sehari 1. Untuk meninjau dan mengetahui perkembangan atau progress psikologi dari pasien. 2. Libatkan pasien dalam proses pengambilan keputusan 2. Ungkapan harga diri rendah meliputi ambivalensia dan penundaan 3. Berikan umpan balik positif kepada pasien, ketika pasien menunjukka penialai diri yang positf melalui ungkapan verbal dan perilakunya 3. Agar pasien merasa diterima dan mampu melakukkan coping secara efektif dalam situasi yang pernah stress 4. Dorong pasien untuk menggungkapkan perasaan tentang dirinya 4. Eksplorasi diri mendorong pasien untuk mempertimbangkan perubahan di masa yang akan datang 5. Rujuk pasien ke psikologi , psikiater atau pekerja social. 6. Untuk memulihkan kesehatan emosi, mungkin perlu bantuan dari ahli kesehatan jiwa. 2.5 Referensi Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, EGC, Jakarta, 2001 Charisma,Ima.2012 Asuhan Keperawatan HIV/AIDS. http://imacharisma.blogspot.com/2012/02/akep-hivaids.html. Diakses pada tanggal 21 februari 2013 Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta. Cynthia & Sheila Sparks Ralph.2010 Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan (nursing diagnosis cards) edisi 10. Penerbit buku kedokteran, EGC. Jakarta. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta. Mansjoer, Arif, dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta. Nazran.2009.AIDS.http://nazran.wordpress.com/2009/04/24/aids. Diakses pada tanggal 21 februari 2013 Nursalam,M nurse. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Penerbit salemba.Jakarta Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika. Wahyu,kadek.2012. Asuhan Keperawatan HIV/AIDS. http://sixxmee.blogspot.com/2012/10/askep-hiv-aids_16.html. Diakses pada tanggal 21 februari 2013.
Jumat, 29 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HIV / Herpes hakkındaki araştırmam sırasında Hiv / Herpes bilgisine rastladım; google'da STD araması yaparken bulması oldukça kolay olan bilgiler. HIV / Herpes Cured'in komplo olduğunu düşünerek komplo içindeydim. Komplo olmak bir cehaletti, bitkisel ilaç konusunda oldukça ilginç buldum. Bitkisel tedavinin resmi HIV / Herpes web sitelerinde soru sordum ve Hiv / Herpes propagandasını papağanladığımı söyleyen moderatörler tarafından yasaklandım. Bu, Hiv / Herpes tedavisinin olduğuna dair inancımı pekiştirdi. Daha sonra almanca adında bir bayan buldum Achima Abelard Dr Itua Hiv'i tedavi ettim. iki hafta boyunca.Ve bugün hayatımda hiçbir Hiv / Herpes Tedavi Edilmedim, Hiv / Herpes gruplarının Hiv / Herpes Bitkisel Tedavisi hakkında daha fazla bilgi edinmek için insanlarla iletişim kurma girişiminde bulunmaya çalıştım. aynı hastalıkta bu bilgiler size yardımcı olur ve bu bilgiyi diğer insanlara yardım etmek umuduyla yaymak için elimden gelenin en iyisini yapmak istedim. Bu Dr Itua Bitkisel Tıp, acı çeken insanlar için bir umut olduğuna inanmamı sağlıyor, Parkinson hastalığı , Şizofreni, Kanser, Skolyoz, Fibromiyalji, Florokinolon Toksisite Sendromu Fibrodysplasia Ossificans Progressiva.Infertilite, Epilepsi, Diyabet, Çölyak hastalığı, Artrit, Amyotrofik Lateral Skleroz, Alziyer hastalığı s.Hiv_ Aids, Herpes, İnflamatuar barsak hastalığı, Copd, Diyabet, Hepatit, Tasha ve Tara, Conley, Mckinney'i ve her çeşit hastalıktan nasıl daha fazla acı çektiğini çevrimiçi olarak okudum, bu yüzden onunla iletişim kurdum. Kendisi Tanrı'nın eşsiz bir kalbi olan bir bitkisel doktordur, Contact Emal..drituaherbalcenter @ gmail.com Telefon veya whatsapp .. + 2348149277967.
BalasHapus